Go-Jek vs. Grabbike

It is a phenomenon. The marketplace has really change in a recent year, the technology is rapidly evolving our way of living beyond what we can imagine ten or five years ago. Since few months ago, Go-jek app goes viral in Indonesia, especially Jakarta. This app allows you to pick your rides (motorbike) in a fingertips. As this is not enough to attract large groups of people, they launched so many promos that makes us change our way to move in the cities.

Their rival is from our neighbouring country, Malaysia. Grab bike. There are quite a few differences as Grab bike only have one service as ojek, unlike Gojek that launches several lines of services such as Go-food, Go-Shopping, and Go-Courier. They also battling in prices as customers definitely choose the cheaper one that available. The user interface is still winning by Grab bike, like so many of my friend said that Grab bike provides better user experience by allowing us to see the signaling-kind-of-thing-in-our-screen that calling all the drivers nearby. The map of Go-jek is also a slight nuisance as sometimes the road or building that I type (even though it is well-known) cannot be found or appear in their system so I have to stumble upon the map manually to enter my destination.

As for driver, i’ve met both of good and bad attitude from either Go-jek and Grabbike, but one thing that catch my attention is everytime they are passing each other on the road, the Go-jek driver is alway sound their horns as the gesture to say hello to each other. When they stop at the red lights, they even shaking hands and asking each others doing. For me, that kind of solidarity is a rare thing to find this days, and that’s heartwarming. Once, my driver doubt at the junctions and just stop in the middle of the road (not pulling over), the other abang Go-jek the walk to us and asking if there is any problem and how he can help. Maybe the resistance from some people or organization has shaped the brotherhood and solidarity, giving them the same identity, feeling that they are one big family now.

Jama’ah Karbitan

Ramadhan, 8

Siang ini saat adzan Dzuhur berkumandang saya mengingatkan teman-teman di kantor yang laki-laki apakah mereka tidak pergi shalat ke masjid, karena saat bukan bulan Ramadhan pun mereka memang sering pergi shalat ke masjid.

Kemudian salah seorang dari mereka menyeletuk, “Jadi ga enak, menuh-menuhin masjid”.

“Kenapa Pak?” jawab yang lain.

“Iya, kalau bulan Ramadhan aja, shaf-nya penuh, banyak jama’ah karbitan, kayak tadi pagi tuh…kalau biasanya aja, cuman 2 shaf” jawab si bapak.

Yang lain membalas, “Mending 2 shaf”

Saya sebenarnya ingin menanggapi dan mengutarakan apa pendapat saya, tapi rasanya akan terlalu serius, jadi saya tahan dan membaginya disini saja.

Menurut saya, sebaiknya kita tidak memberikan komentar yang men-discourage seperti itu. Pengalaman spiritual orang berbeda-beda dan tidak ada yang bisa memberikan nilai kecuali Allah SWT sendiri. Mengapa kita tidak mendoakan saja agar mereka yang pada bulan Ramadhan ini rajin ke masjid tetap rajin dan tekun beribadah di bulan-bulan lainnya. Toh selama kita hidup kita tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Bisa jadi hari ini kita berada di jalan yang lurus, tapi besok sudah berbelok. Naudzubillahi min ‘dzalik.

Kejadian seperti itu bukan mengada-ada dan Tuhan juga sudah memberikan jalan kepada kita bagaimana caranya supaya kita tetap berada di jalan yang lurus. Setiap kita shalat, kita pasti membaca Al-Fatihah di setiap raka’atnya. Surat Al Fatihah ini sendiri berisi untaian doa kepada Allah agar kita selalu dibimbing di jalan yang lurus, bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan jalan mereka yang sesat.

Saya sendiri termasuk orang yang dapat dikatakan jama’ah karbitan tadi. Selama bulan Ramadhan ini saya berusaha shalat ke Masjid, melakukan shalat Tarawih, tadabbur Al-Qur’an, dll yang jarang saya lakukan di bulan sebelumnya. Namun bukan semata hanya karena bulan Ramadhan. Di awal bulan Ramadhan ini saya sedang berhalangan shalat dan puasa, kemudian saya mendapat kesedihan yang luar biasa yang bisa dibilang sedikit banyak mengguncang iman saya. Oleh karena itu saya juga memanfaatkan momentum bulan Ramadhan ini sebagai momen untuk memberbaiki diri dan keimanan. Mungkin memang iman saya yang masih lemah, tapi saat tiba masanya saya mau melakukan kebaikan namun kemudian mendengar komentar yang mendiscourage seperti itu membuat perasaan saya menjadi buruk dan berpikir apa sebaiknya saya biasa-biasa saja.

Tapi sekali lagi saya berpikir. Saya berniat memperbaiki diri bukan untuk mendapatkan pengakuan dari manusia, melainkan hanya dari Allah SWT semata. Jadi sebaiknya terserah orang mau bilang apa, yang penting kita melakukan segala sesuatu hanya untuk Allah SWT kan?

Semoga kita diberi ketetapan hati dan selalu ditunjukkan jalan yang lurus. Aamiin.

Demi Ramadhan yang Sukses

Bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, waktu dimana pahala disebar berkali-kali lipat dan pintu ampunan dibuka selebar-lebarnya. Semoga kita semua dimudahkan untuk beribadah dengan kualitas yang terbaik, puasa, lantunan Al-Qur’an, shalat malam, dan sedekah. Aamiin.

Selain itu, kita harus tetap waspada dengan hal-hal yang dapat mengurangi kualitas puasa dan amalan ibadah lainnya yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala. Berikut ini adalah beberapa hal yang penting untuk saya ingat dan hindari di bulan Ramadhan ini, yaitu:

  1. Ghibah. Jauhi ghibah yang akan menggugurkan pahala puasa kita. Sebaiknya kita mengurangi aktivitas yang dapat menjurus ke arah ghibah seperti berkumpul dengan kawan-kawan yang memang topik obrolannya biasanya adalah ghibah. Lebih bagus lagi jika kita dapat saling mengingatkan. Jika tidak, meninggalkan kelompok tersebut lebih baik.
  2. Tundukan pandangan. Baik di jalan maupun di dunia maya, sebaiknya kita menghindari pergi ke tempat-tempat dimana mungkin kita akan melihat banyak aurat yang terbuka, mall misalnya. Melihat foto-foto dan video di  Facebook, Instagram, dan Youtube yang juga membuat kita melihat aurat juga sebaiknya dihindari. Apalagi memang sengaja mencari gambar seronok, ingat, kita manusia yang memiliki kekuatan untuk menahan diri.
  3. Waktu untuk internetan menjelajahi hal-hal yang kurang bermanfaat jangan sampai lebih banyak daripada membaca Al Qur’an dan melakukan hal-hal bermanfaat lainnya.
  4. Menonton siaran televisi yang isinya banyak memamerkan aurat wanita dan melalaikan serta kurang bermanfaat. Juga menghabiskan waktu dengan bermain game
  5. Jauhi aktivitas ngabuburit di jalanan dan di tempat-tempat hiburan yang kurang bermanfaat. Jangan sampai terlalu bernafsu dalam membeli makanan untuk berbuka puasa sehingga boros dan mubazir.
  6. Mengurangi ngobrol dengan makhluk sehingga waktu banyak tersita dengan hal-hal yang kurang bermanfaat, seperti ghibah, mengeluh, dan tidak sengaja menyakiti hati teman. Perbanyaklah beristighfar dan membaca Al Qur’an.
  7. Jangan sampai terjerumus riya’ dan ujub karena menulis status di media sosial.
  8. Jangan sampai fokus untuk membeli keperluan lebaran dan lupa dengan esensi bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.

Untuk menggapai Ramadhan yang sukses tidak hanya terbatas pada yang saya tulis di atas ini saja. Semoga Allah memudahkan kita semua untuk mendapatkan keberkahan Ramadhan sehingga kita bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi tidak hanya saat Ramadhan, tapi semua kebiasaan baik dan sifat baik tetap melekat sampai setelah Lebaran sehingga kita bisa mendapatkan derajat taqwa. Aamiin.

Bersumber dari http://www.firanda.com dengan perubahan penulisan.

 

Pemilahan Sampah, Budaya yang Belum Dipahami

Beberapa waktu yang lalu saya pergi ke Tangerang dengan menggunakan KRL Jabodetabek. Sesampainya di Stasiun Kota Tangerang saya duduk sebentar menunggu antrian keluar tidak terlalu padat lagi. Saat itu saya melihat petugas kebersihan sedang menyapu dan membuang sampahnya ke tempat sampah yang tersedia di dalam stasiun, yang menggunakan tempat sampah yang berkategori, B3, Non-Organik, dan Organik. Saya sedikit terkejut ketika petugas kebersihan membuang sampahnya yang berupa botol plastik, plastik, dan kertas ke dalam tempat sampah berkategori B3. Tempat sampah berkategori Saya kemudian mendatangi petugas kebersihan tersebut dan bertanya apakah dia mengetahui apa yang dimaksud dengan B3, dan dia menjawab tidak tahu. Saya kemudian berbagi informasi kepada bapak tersebut bahwa B3 ini seperti sampah baterai, bola lampu, obat, jarum suntik, atau plester bekas luka. Saya juga menanyakan apakah sebelumnya petugas kebersihan seperti bapak tersebut pernah dibekali pengetahuan mengenai pemilahan dan jenis-jenis sampah, dan bapak tersbut menjawab tidak. Saya pikir alangkah sayangnya fasilitas yang telah disediakan oleh Pemerintah Kota Tangerang berupa tempat sampah yang terkategori dengan tujuan agar sampah dipilah langsung dari sumbernya, tidak digunakan dengan baik karena tidak ada edukasi kepada petugas di lapangan tentang manfaat dan fungsi pemilahan sampah. Waste3-horz Pemilihan sampah, atau waste sorting merupakan tahap pertama dari kegiatan daur ulang (recycling). Daur ulang merupakan kegiatan sederhana yang dapat dilakukan setiap orang untuk berkontribusi mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Dengan satu tempat sampah yang selama ini masih banyak digunakan di sekitar kita, butuh waktu yang tidak sedikit untuk memisah-misah sampah itu kembali sesuai dengan sifatnya untuk kemudian di daur ulang. Sehingga, solusi yang tepat sebenarnya adalah memilah sampah mulai dari sumbernya. Dengan disediakannya tempat sampah daur ulang atau tempat sampah yang memiliki kategori seperti ini, diharapkan pengumpul sampah sudah tidak perlu lagi memisah-misahkan sampah itu lagi untuk kemudian diolah sesuai dengan sifatnya. Keuntungan Melakukan Daur Ulang 1. Menghemat pemakaian sumber daya alam Botol plastik, gelas kaca, karet, kertas, merupakan sampah sehari-hari yang sangat banyak jumlahnya. Dengan melakukan daur ulang maka sampah-sampah ini bisa diolah untuk digunakan kembali berulangkali tanpa harus menggunakan sumber daya yang baru, sehingga menghemat pemakaian air, mineral, batubara, minyak, dan gas. 2. Peluang lapangan kerja bertambah Pada kenyataannya, kegiatan daur ulang dilakukan oleh beberapa industri, bukan hanya perorangan. Setelah kita melakukan pemilahan dasar, sampah-sampah ini kemudian harus dikumpulkan untuk kemudian dipilah lebih lanjut dan dibawa ke tempat pengolahannya masing-masing. 3. Mengurangi ukuran landfill Kegiatan daur ulang dapat mengurangi beban lingkungan secara signifikan. Dengan menggunakan kembali sebagian besar material yang sebelumnya sudah jadi “sampah” secara konstruktif, maka jumlah sampah yang akan ditimbun menjadi lebih sedikit. Hal ini sangat penting mengingat populasi yang semakin bertambah dan kebutuhan akan landfil semakin meningkat, namun daya dukung lingkungan tetap sama. 4. Menghemat energi Dengan mendaur ulang botol alumunium, maka kita telah menghemat 95% energi yang dibutuhkan untuk membuat botol alumunium baru dari bahan-bahan mentah. Energi yang disimpan dari mendaur ulang satu botol kaca juga cukup untuk menghidupkan lampu hingga 4 jam. Bayangkan berapa banyak energi yang dapat disimpan dan digunakan untuk kebutuhan lain yang lebih bermanfaat jika kita melakukan daur ulang secara masal dan untuk jangka waktu yang panjang. 5. Mengurangi emisi gas rumah kaca Salah satu hasil dari kegiatan yang dapat menghemat energi adalah mengurangi emisi gas rumah kaca yang berperan besar dalam pemanasan global. Daur ulang juga dapat mengurangi polusi air dan udara.

Farewell

Maybe i am a sensitive, touchy-wichy type, because i always feel sad when it comes to say goodbye to someone i feel comfortable with and have spent some of our time together.

I remember when i was a little kid, when my cousin came to my house for a two weeks vacation, i was really sad when they had to go back to their home. There was something missing there. And i dont like it.

I like the way things are now, maybe. I don’t want to change it.

I can also recall when it comes to parting with my ex-boyfriend. He was my first, and the only one for now. It was really hurt, i never felt hurt like that before. When i was with him, i found him, and lost myself. So after him, i cannot just move on. I need to go back to my old self. But i can’t, i will never be the same girl i was. But i need to rediscover, to find me first, so then i can moving on. It takes a long time, and still counting. I was badly broke back then. But yeah, like they said, life must go on.

And today, one of my colleagues at work will be resign. He is the good, nurturing, and interesting fellow whom i consider as a big brother. He already gave me some signals that he won’t be long here in this office, he told me that he was searching another job, and got accepted at a better company. Last week he asked me if i will be in Jakarta (where our office is) next Friday, when i replied i still don’t know and asked why, he said it didn’t matter, he only asked for no specific reason. But then i was insisted for the better answer and he told me that he would like to ask me to watch Running Man (Korea’s reality show, which i dont usually watch). And that conversation didn’t come accros my mind anymore.

Until this morning.

He told me that he want to order us a pizza and asking me for advice. Mindlessly, i told him to order my favorite pizza topping. Then i asked why, “This is not December” (his birthday is on December)
“No particular reason” He said
But i sense something unusual and this thing alarmed me. Is this a farewell?

I confirmed to him and he said yes. He will be working on the new office starting Monday.
I am sad. But i must happy for him, right. That’s what people do, that’s what friends do.

I give him a copy “Power of Full Engagement” ebook as a farewell gift.

May success follow you always, bro!

Being Nice

Sometimes it is really hard to be nice to people. I am an easily iritate person, but when i am not happy about what that people do to me, i tell them. Or if i cannot tell them yet, for some reasons, i strained myself to ever gossiping (Ok, sometimes i failed this too). But at least, never, hardly ever, i am faking it. If i am not pleased, i seem not pleased. And if i smile and seems to like you, i can guarantee it is real.

What i dislike most about people that i have met, either i know them or not, is that there are so many of them are faked. Not genuine about what they have said or did. And i think it is cruel, for talking bad about them behind their back when you were smiling and complimenting each other when you’re met. This is one of some reasons that i really selective about people that i choose to have a close relationship with, like friends. I do not have many friends, at least the closed one. I can count them by fingers. And i dont mind at all. I know, all of my friends are genuine people so i know in my heart that they will be genuine to me.

I learn to not exposing my emotion so much infront of other people that i am not comfortable with (and that’s huge number of people). From my experience, they are full of judgement and so fake that make me start questioning my existence. Why i am not fitting to them, am i intollerant? What should i do? etc. But i do know for sure that i don’t want to be like them.

For me, one step to start being nice is to be genuine. If i frown at you, it means i dislike your attitude, or behavior, or your point of view of something. And if you are lucky enough, i will tell you why. Maybe some people will see me as highly reactive or easily irritate or short tempered or intollerant, but that is the way i am being nice to you (ironically), to not faking what i think about you. It is not that i dislike you in person, just your act(s), no hard feeling after that unless you repeat it over and over again. So when i am smiling and caring about you, you should be safe from wondering “does she will talking bad about me behind my back?”. And for me, that safe feeling is really good that will set me free.

Bestfriend

I am not always good, sometimes i even go out of the lines, making mistakes, bad choices. Went overboard on useless things. I am overwhelmed with the fact that you have such a good impressions on me, much than i deserved, and it chills me out. We are all the same kind, your existance shapes me as i am now, my existance also shapes you at some points, either good or bad. The best thing of having bestfriend, or even better, a sister, is they can point out my flaws without punch me in the face.

So please, will you tell me if i am wrong? Tell me, so when we move forward, even though we walk on a different path, we can still know, that if you call for me, i will find my way to reach you.

— Somewhere when heavy rain falls, endless roads, mortal’s voice. Pray for me, i am counting on that.

Belajar Untuk Saling Memahami

Be understanding

Kalimat diatas begitu mengena di hati saya. Sebagai makhluk sosial, kita pasti selalu dihadapkan pada kondisi untuk berhubungan dengan manusia lainnya. Ya, baik itu kenal atau tidak, kita bersinggungan takdir dengan mereka setiap saat dan seringkali terlintas berbagai komentar-komentar di pikiran kita tentang mereka, apa yang mereka lakukan, kenapa mereka melakukan itu, dan lain sebagainya.

Saya lahir di keluarga yang sangat memperhatikan sopan santun, tata krama, dan adat istiadat. Seringkali saya dimarahi oleh orangtua karena hal-hal yang saya rasa sepele dan tidak terlalu penting. Seperti baru-baru ini ketika saya berbicara dengan anak ibu kosan saya yang masih SD, ibu saya protes karena saya menggunakan kata ganti “Aku”.  Menurut ibu, seharusnya saya menggunakan “Kakak” untuk mereferensikan diri saya (yang sampai saat ini hanya saya lakukan pada adik kandung dan adik sepupu saya saja).

Lingkungan memberikan pengaruh yang sangat besar pada dalam membentuk diri kita. Pengaruh dari lingkungan ini demikian besarnya sehingga dapat memunculkan suatu sifat yang mungkin tidak kita wariskan dari orangtua, dan sebaliknya, sifat yang secara genotipe mungkin kita miliki dapat tidak terekspresikan karena tidak ada stimulus dari lingkungan. Itulah mengapa kedua anak kembar identik dapat terlihat sangat berbeda jika dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam ajaran agama saya disarankan untuk bergaul dengan “tukang minyak wangi” supaya kecipratan wanginya, artinya, jika kita bergaul dalam lingkungan yang baik dengan teman-teman yang saling mengingatkan untuk berbuat kebaikan dan menjauhi perbuatan buruk, dan memiliki sifat-sifat unggul, insya Allah kita bisa menjadi seperti itu juga.

Sebagai manusia, tentu saya pernah merasakan kecewa, marah, atau tidak suka terhadap seseorang, baik itu keluarga, teman, atau bahkan terhadap orang-orang yang bahkan tidak saya ketahui namanya. Namun saya juga sangat menyadari bahwa banyak orang lain yang berpikiran seperti itu juga terhadap saya. Terkadang, sadar ataupun tidak, ucapan ataupun tindakan kita mungkin saja tidak disukai atau menyakiti hati seseorang. Ketika suasana hati saya sedang tidak baik atau saat sedang dalam masalah, secara tidak sengaja saya ikut melimpahkan emosi saya pada lawan bicara yang tidak bersalah. Ketika saya memilih untuk menyendiri dan menenangkan pikiran, tidak jarang beberapa pekerjaan saya menjadi ikut tertunda, orang lain juga bisa saja mempertanyakan dan memiliki asumsinya masing-masing.

Saya berkata demikian bukan untuk mencari-cari alasan. Semua ini juga sebagai pengingat dan pembelajaran buat saya sendiri, bahwa ketika ada pelayan restauran yang salah mengambilkan menu, bisa jadi dia sedang memikirkan ayahnya yang harus segera di operasi, bahwa ketika ada orang yang bicaranya kasar, mungkin memang seperti itulah dia dibesarkan. Kita harus belajar menyikapi sesuatu secara bijak. Jika kita pernah merasa memiliki level yang lebih tinggi dibandingkan orang lain, coba pikirkan lagi, apakah arti dari semua yang kita miliki? bukankah kelebihan-kelebihan yang kita miliki merupakan sarana kita untuk dapat bermanfaat bagi orang lain?

Mari kita sama-sama mencoba untuk tidak memaksakan standar yang kita miliki untuk ada pada orang lain. Mencoba untuk tidak menghakimi dan memandang rendah seseorang. Kita tidak dapat mengerti orang lain jika kita tidak berada di posisi mereka.

Jadi, cobalah untuk saling memahami dan bersyukur atas kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.

Bersyukur karena kita masih bisa berkata jujur, bersyukur karena kita tidak memiliki apa-apa untuk disombongkan, bersyukur karena kita masih diberikan kemampuan untuk merasa bahwa diri ini kurang.

Pacaran, Bentuk Hubungan tanpa Komitmen

Tertarik pada lawan jenis adalah hal yang normal terjadi, hal ini tidak lepas dari pengaruh senyawa kimia dalam tubuh kita yang memang telah dirancang untuk bekerja sedemikian rupa untuk menjalankan tugas kita sebagai makhluk hidup yaitu untuk berkembang biak dan mewariskan gen-gen yang kita miliki. Hormon-hormon yang bertanggung jawab atas munculnya perasaan suka ini mulai aktif pada masa remaja.

Saat ini umumnya, bila seorang remaja tertarik pada lawan jenis, maka akan dimulai proses yang namanya PDKT atau pendekatan. Bisa dengan cara memberi perhatian lebih, menawarkan antar jemput, mengajak makan, atau dengan cara lain tergantung kreativitas. Hehe. Selanjutnya bila dirasa PDKT ini memberikan hasil positif atau timbal balik, maka berlanjut ke tahap “penembakan”. “Nembak” ini intinya ya ngajak si love interest nya itu untuk menjalin hubungan pacaran. Pilihannya ada 3, diterima, ditolak, atau digantung. Kali ini saya mau membahas kalau kasusnya diterima.

Pada saat proses “penembakan”  terjadi, dan si love interest nya ternyata juga suka atau mau coba-coba atau kasian kalo ditolak, akhirnya memutuskan untuk menerima ajakan untuk menjalin hubungan yang namanya pacaran. Pertanyaan selanjutnya adalah, lantas apa?

Pada saat baru menjalin hubungan ini, biasanya hati berbunga-bunga bagaikan musim semi (haha). Dimulailah kehidupan sebagai pacar seseorang, yang tugas, hak, dan kewajibannya juga ga jelas. Apa sih sebenarnya yang harus dilakukan saat sedang pacaran? Saling mengenal? saling mengungkapkan rasa sayang? makan malam bersama? saling memberikan perhatian? mengucapkan selamat tidur?

Saat sedang pacaran, seringkali salah satu pihak ada yang merasa sudah memberikan pengorbanan lebih, dalam bentuk yang beragam. Ada yang tiap hari rela antar jemput, ada yang tiap hari bawain bekal makanan masakan sendiri, ada yang tiap jam 3 pagi nelpon bangunin buat sahur..eh?

Lalu? untuk berapa lama?

Ketika sudah semakin tertarik dan rasa sayang semakin besar, sebatas kata-kata dirasa tidak cukup lagi. Secara alami, kita akan mengungkapkan rasa sayang dengan sentuhan. Inilah masalahnya dengan serotonin, seperti drugs, awalnya kita menolak, kemudian membutuhkan dalam jumlah yang sedikit, selanjutnya kita selalu butuh lebih dan lebih.

Lalu? Sampai sejauh apa?

Apa sih yang kita butuhkan dalam sebuah bentuk hubungan yang dinamakan pacaran?

Beberapa orang ada yang sudah pacaran selama 2 tahun, 4 tahun, 8 tahun, lalu putus.

Bayangkan berapa banyak waktu, kesempatan, dan emosi yang sudah terbuang untuk sebuah hubungan yang apabila salah satu pihak ingin itu diakhiri, pihak yang lain tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima. (salah sendiri mau dipacarin)

Oke, belum lagi ngomongin dosa yang dihasilkan selama pacaran.

Saya menulis ini dengan harapan yang membaca dapat memikirkan lagi apa sebenarnya tujuan dari pacaran. Apakah keuntungannya bisa menutupi kerugiannya?

28/10/2012

What will i say here is not to blame any country nor to provoke, i just want to share our conversation and my opinion about it. Feel free to leave comment.

Tonight i followed my Japanese friend, Katsutoshi Shiota to meet with his friends to drink. I was introduced to other Japanese student, Sho and two South Korean students. The most interesting topic we have that night is about the relationship between this three country, Japan-Korea-Indonesia. Japanese ask Korean about how they think of Japanese, what the mass media said about their country, how the recent relationship status between these two neighbour country, and what they think the problem is. According to their conversation, the main problem between Korea-Japan is historical matter, beside economic issue. Each country holds their own pride and identity. Although Japan has invaded South Korea before, it doesn’t make South Korea feels as a subordinate. South Korea had totally independent as a nation. It is give me a whole new perspective about Japan and give me a very interesting info about South Korea (I only know a bit about South Korea entertainment before..haha). When i read or ask what Indonesian think about Japan, they and ME only give an answer about how amazing Japan is. The same thing may be will happen if i ask them about other first world country. Name it: South Korea, European countries, US. Many of Indonesian may be would be glad if they were live in those country.

Indonesian, in other way, still feels as a subordinate from other country. I think, we, Indonesian people is not totally independent  yet, especially in mindset, or as my friend said, anthropological aspect. For 350++ years Indonesia has been the slave nation who exists to service other country, other nation -using our resources- . During that time there are ranks that divided between european, chinese, arabic, and locals. Of course, there are different treatments for each ranks. The locals is in the lowest rank. So, may be that is what made Indonesian people today. We are not confidence of our own selves, our own belongings.

Indonesia is the country that gain so much attention from other country including Japan and Korea. I think all those “first world” country see Indonesia as their gold mines. Why i said so? because:

  1. Indonesia has a very large potential market
  2. Abundant resources. What do you need? Indonesia has it all (well, not all, but almost, and we have the substitute. Ha!).
  3. May be don’t have capital or technology to utilize those resources. So those other country may be can exploit the resources.
  4. Indonesia middle class people is growing even bigger. Means the life style will be change. Imported goods demand will increase.
  5. I think we are now too lazy to make our local product. So much policy that don’t give people benefit. It is easier to just bring that well known brand to Indonesia. This will harm local business and drive to consumptive lifestyle who only searching for prestige, not function. This situation is an outcome of community or government that only think for a short time benefit, that will brings a long term collapse.
  6. Poor bureaucracy, policy, and corrupted government.
  7. Etc.etc.etc

I am sorry for saying such a bad things about my country. I know, we all fed up with this kind of complaint. I also thinking so hard about what can i do for this country (that’s why i really want to be an entrepreneur). I just want to give a background information about Indonesia to my friends who asking how come Indonesian situation is now like this. Why there is such a corruption, bribery, and political circus show happen in Indonesia. The fact, corruption and bribery exist since colonial era (I’m sure it is not only happen in Indonesia, though). They said it is already flows in blood.

We also talk about how the most building in Indonesia doesn’t have the Indonesian identity. The developer likely to build the “Other Country”-style building. Venetian-style cluster, Parisian-style, Korean-style, Japanese-style building, etc. We are going to lose our own identity day by day. Yes. Why we can not appreciate our own heritage and turn it into our strength, since it is unique and can not be found in any other places except here? We can always modified it in our own style.

Actually, i am impressed, very much impressed, with Korean entertainments today (Japan too ^^ ). They can affect us, make us know, they advertise their culture, their heritage, their unique points through entertainment. Foods, fashion, tradition, etc, i learned it from anime and drama. Make me very curious how the dorayaki and kimchi taste is, how is it like to wear that kimono, how cool it is to use chopstick, how fascinating it is to learn korean or japanese language, etc. It is all about marketing. Korea and Japan can marketing their culture, their values, very good through media that we all loves. Entertainment.

Since childhood, kids are told about famous fairy tales and story from the west country. It is seldom found the children that knows local folklore.  We are become so much depend to other country. We can not do (almost) anything on our own. May be that’s why our government is easily driven by other country. We always afraid. We always want to please others, sacrificing ourselves. Causing damage without knowing.

Please, let’s do something.